Monday, January 14, 2013

Jemek Supardi Pimpin Kirab Gunungan Salak

AppId is over the quota

SLEMAN, KOMPAS.com--Pantomimer Yogyakarta Jemek Supardi, Jumat, memimpin kirab budaya "Gunungan Salak" di Desa Tunggularum, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan mengenakan kostum tokoh wayang orang Hanoman, Jemek Supardi berada di paling depan rombongan kirab budaya konservasi "Gunungan Salak" yang diikuti bregodo butho (raksasa), topeng ireng dan jathilan serta hewan yang ada di kawasan lereng Gunung Merapi, seperti monyet, sapi serta harimau.

Selain sebagai wujud rasa syukur warga atas panen musim salak tahun ini, dalam kirab budaya  itu juga dilakukan penanaman bibit pohon di kawasan dampak erupsi Merapi yang digunakan sebagai "Early Warning System" (EWS) alami.

Gunungan yang terbuat dari ribuan buah salak tersebut diarak dari Sekolah Desa Siaga Bencana yang merupakan sekolah untuk menghadapi bencana erupsi Merapi, menuju ke Tanggul Lawas Sungai Mbedok yang berjarak sekitar setengah kilometer.

Kepala Sekolah Desa Siaga Bencana Tunggularum Tomon Haryo Wibosono mengatakan, Sungai Mbedok merupakan pecahan dari Sungai Krasak yang merupakan salah satu jalur aliran lahar Gunung Merapi.

"Dalam penanaman bibit pohon di pinggiran sungai, yang difungsikan untuk EWS bagi warga setempat, dimaksudkan ketika pohon itu besar akan muncul kehidupan bagi para hewan Merapi. Bibit pohon yang ditanam sendiri, berupa pohon kemenyan, mahoni, bambu, turi," katanya.

Menurut dia, ketika Gunung Merapi akan terjadi erupsi, hewan-hewan Merapi lebih dulu turun dari gunung dan dapat sebagai peringatan bagi warga setempat untuk segera mengungsi.

Salah satu pendamping masyarakat dalam konservasi lereng Gunung Merapi Joko Supriyadi mengatakan, warga setempat sadar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana.

"Dengan Sekolah Desa Siaga Bencana, diharapkan dapat menekankan pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Merapi," katanya.

No comments:

Post a Comment